-------------------------------------------------------------------------------------
Guilty Gear © Arc System Works/Daisuke Ishiwatari
Professor Badguy © Viero D. Eclipse aka Badass Heartbreaker
Pairing: Slight Sol (Frederick) x Aria
Genre: Drama/Humor
Rated: T
Warning: AU with some canon trivia, Sol’s centric, A lot of cursing!
Don't like? Don't read!
--------------------------------------------------------------------------------------
“Two things are infinite: the universe and human stupidity; and I’m not
sure about the universe.” – Albert Einstein
--------------------------------------------------------------------------------------
Dia membenci
dunia.
Dia benar-benar
membenci dunia ini.
.
.
Tak banyak yang
tahu mengenai detil dari kepribadian sesosok pria yang berdiri di ujung sana.
Sesosok pria dengan balutan jas putih dengan kemeja hitamnya yang tak terlalu
rapi untuk dipandang mata. Pria itu tampak tak acuh dengan sekelilingnya. Terus
saja menghisap stik nikotin di mulutnya dengan air mukanya yang tampak serius. Keseriusan
itu terpapar bukan karena ia sedang menghadapi dilema. Tapi lebih kepada
perawakan alaminya yang seperti itu.
Sol Badguy
bukanlah seorang pria yang sangat ramah. Justru sebaliknya. Ia merupakan mimpi
buruk bagi para tetangga dan orang-orang di sekitarnya. Ia juga dipandang
neraka oleh beberapa rekannya sendiri.Itu karena perangainya yang cukup keras
dan kasar. Ia juga tak terlalu peduli dengan sekitarnya. Meskipun begitu, ia
bukanlah orang jahat.Ia hanya memiliki pemikiran berbeda dari kebanyakan
manusia yang ada di dunia ini.
Jenius.
Satu kata itu
merupakan bagian dari enigma penalaran Sol.
Ia dipandang
sebagai pria yang cukup jenius. Ah, tidak. Bahkan sepertinya lebih dari itu.
Kinerja otaknya mungkin setara dengan gabungan orang-orang dengan IQ di atas
dua ratus.Atau mungkin setara dengan pemikiran para alien itu sendiri. Saat Sol
masih berumur sepuluh tahun, ia nyaris saja membuat seorang psikolog kehilangan
kawarasannya hanya karenaia mendapatkan dogma yang mengejutkan dari Sol.
Jagad raya itu memuakkan.
Ya. Itulah
pandangan yang ada di dalam otak Sol. Ia membenci dunia. Dunia yang dipenuhi
dengan para manusia bodoh yang senang menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal
yang takberguna. Sepertinya Tuhan sungguh sangat membencinya. Karena ia telah
dibiarkan hidup dalam dunia yang serba salah seperti ini.
Dan berkat
tingkat penalaran yang sungguh menakjubkan itu, sangat tidak mengejutkan
jikalau saat ini, Sol Badguy telah menjadi seorang ilmuwan level atas yang
diakui oleh mata dunia. Tak ada satupun perdebatan ilmiah yang tidak Sol
menangkan. Dimanapun ia berada, maka distopia akan selalu tercipta di kalangan
para kompetitornya yang lain.
Dan kali ini,
Tuhan pun berkata lain.
Ia memutuskan
untuk memberikan cobaan lebih kepada Sol Badguy—hamba-Nya yang sangat berbeda
itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
~GGXX~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Apa?
Penyuluhan?”
“Ya, itu benar,
Freddie sayang~ Pimpinan rektor di akademi itu telah mengundang grup kita untuk
melakukan penyuluhan. Dan kaulah yang akan mengisi acara penyuluhan itu.”
.
.
Sol tampak geram
tatkala pernyataan itu tergurat dari mulut seorang wanita yang kini sudah
terduduk di tepian mejanya. I-no, itulah nama yang diemban oleh sang wanita.
Sesosok wanita yang merupakan rekan kerja Sol sesama ilmuwan. Mereka
benar-benar terlihat akrab—sampai-sampai Sol menganggap wanita itu sebagai
nenek sihir yang sangat menyusahkannya. Menatap guratan senyum licik yang
terpapar di paras I-no semakin membuat mood Sol menjadi jelek. Jika sehari saja
dunia tak mengijinkannya untuk menatap I-no, maka Sol akan menganggap bahwa
hari itu adalah hari terbaiknya sepanjang masa.
Dan sialnya, hal
itu sangatlah mustahil untuk terjadi.
Bertemu I-no di
laboratorium, berhadapan dengan para rekan ilmuwannya yang lain. Mendengarkan
segenap opini tak berdasar yang terlontar dari mulut mereka. Mau tak mau, Sol
harus menerima alur klise itu sebagai bagian dari hidupnya.
Sungguh
memuakkan.
Jangan salahkan
Sol jika ia sangat membenci dunia ini.
“Lupakan. Aku
tak akan pernah mau melakukan penyuluhan sialan itu.”
“Oh, tidak bisa~
Kau tetap akan melakukan penyuluhan itu, Freddie sayang~ Akademi Seikishidan adalah akademi yang sudah
membesarkan namamu sebagai seorang ilmuwan. Setidaknya tunjukkanlah rasa terima
kasihmu dengan melakukan hal ini,” jelas I-no sembari beranjak dari meja
rekannya. “Tuan Kliff sendirilah yang sudah menunjukmu secara langsung. Kau tak
bisa menolaknya~”
“Tch! Orang tua
keparat itu. Tak kusangka bahwa ia masih hidup hingga saat ini. Ia tetap saja
menyusahkanku.”Bukannya Sol tak mau menghargai seseorang. Justru Kliff Undersn
merupakan seorang dosen yang sangat berwibawa dan begitu bijaksana dimatanya.
Sudah banyak ilmu yang Sol dapatkan dari sang dosen. Dan ia sangat amat berterima
kasih untuk hal itu. Karena tanpanya, Sol tak akan memiliki sebuah batu
loncatan untuk menjadi sesukses sekarang.
Akan tetapi...
Sebuah kebiasaan—dimana
sang dosen selalu membuat Sol repot—benar-benar tak berubah sama sekali.
Sisi itu akan
selamanya mendapatkan kebencian Sol. Pihak yang direpotkan kini hanya dapat
mengepalkan tangannya dengan begitu erat. Dan hal itu semakin membuat simpulan
senyum I-no berkembang lebar. Entah mengapa, ada euforia yang terasa tatkala ia
menatap Sol dalam keadaan emosi seperti saat ini.
“Tenang saja,
Frederick. Materi penyuluhannya sudah kupersiapkan dengan matang. Kau hanya
tinggal mempresentasikannya saja nanti—”
“Aku tak pernah
berkata bahwa aku menyetujui penyuluhan ini!”
“Soal
transportasi, beberapa orang dari akademi akan kemari untuk menjemputmu besok.
Penyuluhan akan dimulai sore hari. Kuharap, kau jangan sampai datang terlambat,
Freddie sayang~”
“Kau brengsek.”
Umpatan itu hanya dibalas dengan tawa. Tanpa basa-basi lebih jauh lagi, I-no
segera keluar dari ruangan rekannya itu. Ia tak ingin menanggung resiko untuk
dibakar hidup-hidup oleh Sol. Karena ia masihlah belum bosan hidup.
“Tch! Sialan...”
ini benar-benar menyebalkan. Dengan kesal, Sol membuang puntung rokok yang
sedari tadi bersarang di ujung mulutnya. Berurusan dengan beberapa mahasiswa
tolol dengan senjata bernamakan ‘penyuluhan’ sungguh merupakan hal yang sangat
memuakkan. Besok... sudah pasti akan menjadi hari yang sangat panjang dan
merepotkan. Sol yakin itu.
Dengan malas, pria
itu lantas mengambil sebuah headphone
yang terletak di atas mejanya. Dipasangkan headphone
itu ke telinganya sembari memutar satu track
lagu dari band Queen. Setidaknya alunan musik kesayangannya itu akan sedikit
membawa ketenangan. Sudah ia putuskan.
Besok, ia akan
menancapkan beberapa paku pada ban mobil I-no sebagai bentuk pembalasan dendam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
~GGXX~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Semuanya tolol.
Semuanya
benar-benar sangat tolol.
Keesokan
harinya, banyak sekali ketololan yang harus dihadapi oleh Sol. Dimulai dari
segi transportasi yang didatangkan khusus untuk menyeret Sol dari dalam ruangannya.
Sebuah mobil butut—yang merupakan infrastruktur dari akademi yang pernah ia
tempati itu—telah mengalami mogok sebanyak lima kali berturut-turut. Dan hal
itu terkesan begitu tolol di mata Sol.
Ia juga masih
ingat dengan jelas mengenai kejadian tolol dimana sang supir menghentikan
mobilnya di tengah jalan hanya untuk membuang air kecil di dekat pohon layaknya
anjing selama dua puluh menit. Belum lagi dengan insiden tersesat ria yang
terjadi setengah jam yang lalu.
Semua itu
benar-benar tolol.
Dan kebencian
Sol pada dunia ini pun semakin bertambah.
Bicara soal
keadaan akademi yang saat ini ada di hadapan Sol, ternyata ia tak menemukan
perubahan yang begitu berarti. Bangunan tempat ia pernah mengenyam bangku
kuliah itu tampaknya tak terlalu banyak terbasuhkan oleh renovasi.Dindingnya
tetap sama. Jumlah kelasnya sama. Para pengurusnya sama. Bahkan letak bangku di
ruang tunggu dan juga beberapa tong sampah tampaknya tak ada yang berubah sama
sekali.
Sol sedikit
heran, kenapa Kliff belum terlalu mengembangkan akademinya itu? Karena saat
ini, Akademi Seikishidan dikenal
sebagai sebuah akademi yang cukup prospek dan paling diincar oleh segenap
mahasiswa dipenjuru dunia. Sungguh sayang jikalau reputasi itu tidak
dimanfaatkan sama sekali.
Setidaknya pria
tua itu bisa mengumpulkan dana untuk pensiun.
“Selamat datang
di Akademi Seikishidan, Professor
Badguy. Silahkan ikuti saya. Saya akan mengantar Anda ke aula—”
“Tak perlu kau
antar, aku sudah tahu letak aulanya,”sergah Sol lantang. Dengan raut ketus, ia
segera melangkah maju membelakangi beberapa pengurus akademi yang mengantarnya
itu. Jujur saja, beberapa pengurus itu tampaknya terintimidasi.
Dan Sol sungguh
tak peduli.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
~GGXX~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Hei, kenapa
orang yang akan menyampaikan penyuluhan ini belum datang juga, hah? Aku bosan!”
“Menyebalkan!
Man... aku ingin segera pergi dari sini!”
Suasana ruangan
yang tampak ricuh tak terkendali itu benar-benar merupakan panorama yang sangat
kacau.Konversasi tak penting terdengar menggema di berbagai penjuru. Aroma
parfum dari sebagian mahasiswi yang ada di ruangan itu seakan berbaur menjadi
satu. Menjadi sebuah aroma yang begitu menusuk hidung. Belum lagi denganbau
deodorant milik para mahasiswa yang tengah beradu panco dan bertaruh di bangku
barisan belakang. Sungguh aromanya tak lebih buruk dari aroma sampah.
Dan jangan lupakan
beberapa gadis yang sedang berdandan di ujung sana. Ada pula yang bersosialisasi
di dalam dunia maya. Dan tak jarang pula ada beberapa anak yang tertidur pulas
di mejanya. Seorang moderator yang tengah berada di depan podium tampak
menghela napasnya dengan pasrah.
“Semuanya!
Diharapkan untuk tenang!”
Sungguh percuma.
Kericuhan
semakin menginjak titik supremasi.
Dan sang
moderator pun hanya dapat mengusap peluhnya.
Aria Valentine,
seorang ilmuwan wanita muda lulusan Engineeringyang
dikenal sebagai sosok jenius dalam bidang A.I
Programming. Ada sebab khusus mengapa ia bisa sampai terdampar di ruangan
neraka itu sebagai seorang moderator. Salahkan keterbatasan pengurus akademi
dan juga senioritas yang terjadi di dalamnya. Aria hanyalah korban dari
beberapa keegoisan rekannya.
Sejatinya...
Aria tidak
terlalu keberatan dibebani dengan tugas sebagai seorang moderator di kala itu.
Apalagi ia mendengar bahwa orang yang akan menyampaikan penyuluhan kali ini
adalah Professor Badguy, seorang ilmuwan ternama yang berhasil menemukan sumber
energi tak terbatas bernamakan “Magic”.
Tak ada satupun orang di belahan dunia ini yang tak mengetahui Sol. Karena era
futuristik yang mereka hidupi itu tak akan bisa semaju ini tanpa penelitian
yang dilakukan oleh sang Badguy.
Rasa kurositas
semakin memuncak. Ada rasa berdebar di dalam diri Aria tatkala ia akan segera
bertemu langsung dengan idolanya itu. Ya, benar. Professor Badguy adalah
idolanya. Ia sungguh mengagumi pemikiran ilmuwan ternama itu.
Dan sayangnya,
ia tak pernah tahu.
Bahwa ekspektasi
yang ia guratkan ternyata berbanding terbalik dengan... kenyataan.
BRAAAAKKKK!
“I WANT TO BREAK FREEEEE!”
Suara benturan
pintu yang terbuka lebar dan menghantam hamparan dinding dengan begitu nyaring.
Dikombinasikan dengan alunan musik Queen yang terdengar dari MP4
Player milik seseorang,
telah sukses membuat segenap penghuni kelas terhunus akan rasa syok.Yang
dinantikan telah tiba. Tepat di depan pintu, telah tampak sang Professor Badguy
yang tengah bersandar dengan kedua tangan bersila di dada. Kedua mata ochre itu menatap tajam, menginspeksi segenap
calon makhluk hidup yang akan menjadi subyek interaksinya.
Hening.
Segenap atensi
mengarah pada Sol, yang kini mulai melangkahkan kedua kakinya menuju podium. Aria
tampak membatu. Untuk sesaat, wanita itu seolah tak tahu harus melakukan apa.
“Baiklah.Tak
perlu basa-basi lagi. Penyuluhan ini akan segera kumulai. Karena aku juga tak
ingin berlama-lama di tempat sialan ini.”Dengan ketus, Sol lantas mengatur
laptop yang sudah tersedia di mejanya, memasukkan flashdisk dan segera membuka file presentasi yang hendak ia
sampaikan. Untuk sesaat, kelas pun terhantam akan keheningan. Sikap to the poin yang diperlihatkan sang
professor sungguh mampu untuk membuat semua yang memandangnya terperanjat.
“Jadi... dia
adalah Professor Badguy yang terkenal itu?”
“Apa benar
Badguy itu dia? Penampilannya sungguh meragukan!”
“Jangan-jangan
dia ini Professor Badguy gadungan!”
“Mungkin saja!
Mana ada ilmuwan ternama yang berlaku tak sopan seperti ini di muka umum?”
“Ia tak punya
sopan santun!”
Sejatinya bisik-bisik
akan persepsi negatif itu terdengar sampai ke telinga Sol. Subyek menjadi bahan
gosip itu tampak bergeming untuk sesaat. Aria mulai pucat. Para mahasiswa yang
ada di dalam forumnya itu sungguh keterlaluan.
“Kalian semua!
Jangan bicara seperti itu mengenai Professor Badguy—“
“Aku tak butuh
bantuanmu untuk hal ini, Nona Moderator. Aku bisa mengatasi kumpulan anak-anak
tengik itu.” Pernyataan yang dilontarkan Sol membuat Aria terhenyak. Pria
berambut brunet itu lantas menatap para maniak gosip yang ada di hadapannya.
“Dengar kalian
semua! Aku sungguh tak peduli jika kalian meragukan identitasku atau tidak. Aku
kemari hanya untuk menyampaikan materi keparat ini. Dan kudengar, materi
penyuluhanku ini akan menjadi kurikulum baru untuk mata kuliah kalian. Jadi
sebaiknya, kalian dengarkan saja apa yang akan kusampaikan.”Mendengar itu, segenap
mahasiswa terdiam. Dan dengan seringai licik, Sol pun mulai melanjutkan
perkataannya.
“Atau... kalian
semua boleh keluar dari ruangan ini dan tak mengikuti penyuluhanku. Aku tak
peduli. Tetaplah menjadi bodoh dan makan kegagalan kalian sendiri. Itu akan
memudahkan hidupku.”
Yang diucapkan
Sol bukanlah ancaman. Ilmuwan itu justru bersyukur jikalau para peserta penyuluhan
yang ada di ruangan benar-benar tidak mengikuti materinya. Dengan begitu, ia
bisa segera pergi dari tempat terkutuk itu dan membatalkan semuanya. Tapi
sepertinya, segenap mahasiswa yang ada di ruangan itu mulai tersadar akan nilai
penting dari penyuluhan yang hendak disampaikan Sol.
Salah seorang
mahasiswi tampak menaikkan tangannya dan berkata, “ka-kami semua tak ingin
gagal, Professor Badguy—“
“Kalau begitu
tutup mulut kalian, duduk diam, dan dengarkan materiku.” Sebuah jawaban yang
begitu menusuk. Pada akhirnya segenap mahasiswa yang ada di dalam ruangan itu
mulai menuruti perkataan Sol. Dan mereka pun tampak terbelalak tatkala menatap
layar slide show yang memaparkan serangkaian
judul yang mengejutkan. Judul itu adalah:“Penyuluhan
brengsek mengenai seluk beluk ditemukannya energi “Magic” sialan!”
Dalam segenap rasa
tak percayanya, Aria pun terpaku dengan realita yang ada. Tepat di hadapan
matanya, telah tampak sesosok figur yang menjadi idolanya. Sesosok figur pria
berambut brunet dengan style jabrik
yang terkombinasikan dengan gaya berpakaian yang tak terlalu rapi. Dibalik
penampilan luar yang tak terlalu meyakinkan itu, sejatinya di mata Aria, ada
sebuah wibawa dan karisma di dalam diri Sol yang tak bisa terjabarkan oleh
kata-kata.
Semenjak awal ia
melihat kedatangan Sol, ia sungguh yakin bahwa pria itu memanglah Professor
Badguy.
“Energi tak
terbatas yang kuberi nama ‘Magic’ ini
berasal dari sebuah dimensi lain yang disebut ‘Backyard’. Energi ini bisa menyatu ke dalam partikel yang ada di
dalam diri makhluk hidup.” Dan sang professor terus saja menjelaskan materinya
tanpa acuh dengan kondisi di sekelilingnya. Setidaknya dengan aksi diam yang ditampakkan
oleh para mahasiswanya, hal itu sudah cukup mampu untuk meyakinkan Sol bahwa
mereka benar-benar mendengarkan penjelasannya. Kini semua orang pun tahu, mengapa
ia dijuluki sebagai Professor... “Badguy”
Karena julukan
itu bukanlah sekedar nama tanpa arti.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
A/N: Oh ya, fic ini terispirasi dari fic Covalent Bonds karya aphelion-orion. Saya lumayan demen ngelihat Sol jadi seorang mad scientist versi AU~

0 komentar:
Post a Comment